Jumat, 23 Desember 2011

Apa yang Mengawali Booming Drama Korea di TV? (Bukan EndlessLove, lho)

endless-loveDENGAN mudah Anda mungkin akan menyebut Endless Love yang mengawali demam drama Korea. Well, jawabannya Anda salah.
Ini cerita bagaimana semua bermula.
Sepanjang 20 tahun terakhir, serial Asia turut mewarnai layar kaca kita. Pada akhir era 1980-an, serial klasik Jepang, Oshin, yang tayang di TVRI digemari pemirsa Indonesia. Perjalanan hidup wanita bernama Oshin yang mengalami kepahitan sejak kecil hingga tua, melekat di hati penonton.
Pada dekade 1990-an, serial silat Mandarin klasik menjamur. Ada Judge Bao, White Snake Legend, dan yang paling heboh Return of the Condor Heroes dan To Liong To.

Serial Kera Sakti, yang tayang pada 1998 menutup sukses tren kisah pendekar dan siluman. Akhir era 1990-an hingga awal 2000-an, tren bergeser. Dari Hong Kong, kita bergeser ke Taiwan.
Kisah pendekar mulai kurang diminati, berganti serial drama klasik, seputar intrik keluarga tradisional China. Dimulai dari serial Putri Shin Ye lalu berlanjut ke kisah Putri Huan Zhu yang mengambil latar Dinasti Qing, lalu Giok di Tengah Salju dan Kabut Cinta yang mengambil latar keluarga tradisional China namun dengan sentuhan lebih modern, bukan lagi kalangan istana.
Selanjutnya, penayangan Meteor Garden (MG) pada 2002 memberi gebrakan pada tren serial Mandarin dari Taiwan. Ya, kemunculan MG dengan sosok F4 yang fenomenal, memicu stasiun televisi untuk berlomba-lomba menayangkan serial Mandarin dengan kisah percintaan khas anak remaja modern.
Sementara itu, tren dorama (sebutan untuk serial Jepang-red) modern sudah dimulai pada penayangan Tokyo Love Story pada 1995. Namun baru pada awal dekade 2000-an, dorama membanjir. Berbeda dengan serial Mandarin yang cenderung bertele-tele dan episode panjang, dorama Jepang kebanyakan menyajikan kisah sederhana namun menarik dengan jumlah episode pendek.
Awal 2000-an, serial Jepang dan Mandarin dapat saingan. Demam serial Korea mulai menyerbu. Gelombang besar dari Korea yang disebut hallyu siap merebut hati kita.
Indonesia bukan negeri pertama terkena demam Korea alias Korean Wave. Demam Korea pertama melanda Taiwan.
Taiwan negeri pertama berbahasa Mandarin yang menayangkan serial Korea dan kemudian berhasil menularkan "virus" demam Korea ke Hong Kong dan Cina, hingga kemudian Asia Tenggara.
Kesuksesan serial asing di TV Taiwan tidak lagi melulu didominasi dorama Jepang sejak awal 2000-an. Sungguh ini kejutan tersendiri. Taiwan yang tadinya sangat mengelu-elukan semua yang berbau Jepang, berbagi perhatian dengan Korea.
Semua terjadi setelah serial Korea Fireworks sukses memikat penonton dengan cerita cinta yang dibumbui perselingkuhan. Sukses serial ini tidak lepas dari ramuan cerita yang melibatkan keluarga secara penuh. Menawarkan kehangatan keluarga, manisnya cinta orangtua terhadap anak, yang jarang sekali ditemukan dalam dorama Jepang yang cenderung individual. Serial yang versi Mandarinnya berjudul Huo Hua, sontak membuat penggemar Taiwan jadi tergila-gila pada dua bintang utamanya, Lee Young Ae atau Ha In Pyo.
endless-love-9Serial Fireworks mendaki puncaknya dengan datangnya pemain Lee Young Ae dan Ha In Pyo ke Taiwan. Semakin kesengsemlah penggemar Taiwan. Pas Endless Love, ketenarannya tak bisa ditawar lagi. Taiwan langsung terkena demam serial Korea.
Media cetak menjulukinya Ha Han (Mengidolakan Korea), mengikuti istilah buat pengagum Jepang sebelumnya, Ha Re Cu. Kedatangan Song Hye Kyo dan Song Seung Hun yang disambut meriah, memberi peluang aktor aktris lainnya untuk mengunjungi negeri itu.
Di Indonesia, dari catatan arsip yang kami punya, stasiun TV yang pertama menayangkan serial Korea justru Trans TV. Trans TV yang pertama menayangkan serial Mother Sea mulai 26 Maret dari Senin-Jumat pukul 15.00 WIB.
Indosiar dengan sigap cepat mengambil Endless Love. Terbukti, serial yang menghanyutkan rakyat Taiwan itu juga mampu mengharu biru penonton tanah air.
Serial Endless Love tayang setiap  Senin-Kamis pukul 18.00 WIB di Indosiar mula 1 Juli 2002.  Pada dua episode pertama saja, banyak penonton banjir air mata. Melalui kisah tertukarnya dua bayi perempuan dari latar belakang keluarga berbeda kasta, emosi penonton diaduk-aduk. Apalagi menyangkut persoalan cinta. Mendukung hubungan Eun Suh dan Joon Suh, atau dengan Tae Suk? Penampilan wajah cantik dan ganteng pemainnya, ikut jadi pertimbangan penonton. Enaknya Song Hye Kyo (Eun Suh) disandingkan dengan Song Seung Hun (Joon Suh), tapi sayang kalau Won Bin (Tae Suk) yang juga ganteng tak kesampaian cintanya. Rasa dilema penonton diakhiri dengan sad ending khas Korea.
Sejak itu, berturut-turut berbagai judul drama Korea tayang bergantian, serial Mandarin dan Jepang gaungnya kini malah kurang terdengar.


"tabloid bintang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar